Sabtu, 29 Desember 2012

APA YANG KAU BERIKAN, MASIH ADA PADAMU





Suatu hari, Aisyah r.a. Berkata : kami menyembelih seekor kambing, lalu dagingnya kami sedekahkan kepada orang. Aku berkata kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, tidak ada lagi yang tersisa selain pundak kambing ini”Rasulullah menjawab “Semuanya masih ada kecuali pundaknya”

Syarh dari pen-tahkik :

Anakku, cerita ini di-tahkik dari Hadist Riwayat at-Turmudzi. Menurutnya derajat hadits ini masuk dalam kategori hadist shahih.

Pada cerita lain yang senada, diceritakan bahwa telah dilakukan penyembelihan kambing. Semua dagingnya kemudian dibagikan. Aisyah r.a. kemudian menyisakan sebagian daging untuk ayahnya yaitu Rasulullah saw. Kemudian Aisyah r.a. berkata, ayahku, semuanya sudah habis disedekahkan, kecuali sebagian daging ini, yang aku sisihkan untukmu.

Rasulullah saw. menjawab : “Tidak, yang habis adalah bagian daging yang kau berikan kepadaku, sedangkan potongan daging yang engkau sedekahkan itulah yang masih ada.

Anakku, Rasulullah saw. mengatakan suatu kebenaran. Daging yang engkau makan hanya akan habis menjadi kotoran, sedangkan daging yang engkau sedekahkan akan tetap ada (kekal) pahalanya di sisi Allah, Pahala tersebut tidak akan pernah hilang. Itulah yang dimaksudkan oleh Rasulullah saw., Dengan kalimat “Semuanya masih ada kecuali pundaknya” pada cerita di atas.

Memang tidak mudah merubah pemahaman dari “Apa yang diberikan akan hilang” menjadi “Apa yang diberikan akal kekal”. Diperlukan kebersihan ruh yang jernih bening dari hawa nafsu untuk dapat merubahnya. Kesulitan terbesar yang kau hadapi adalah bahwa “Apa yang diberikan akan hilang” sangat mudah dimengerti oleh akal, sedangkan “Apa yang diberikan akal kekal” akan mudah dimengerti oleh ruh yang sepenuhnya beriman. Untuk merubahnya engkau harus bertempur dulu dengan sifat kikirmu. Untuk merubahnya engkau harus bertempur dulu dengan hawa nafsu rakusmu. Jika engkau berhasil menundukkan sifat kikir dan rakusmu, maka memberi adalah sesuatu yang mudah.

Maka tundukkanlah akalmu, dan suruh akalmu untuk tunduk kepada apa yang dirasakan oleh ruh-iman-mu.

Nah anakku, dengan nafas-nafas diri dan hatimu, mohonkanlah mata basihrah yang tidak mengenal hijab, sehingga tak ada satu pun menjadi penghalang untuk melihat hakekat suatu pemberian. Biarkan hatimu memijar menyala-nyala, yang tak lain itu adalah cahaya hidayah Allah untuk membuat hati dan ruh-mu mampu melihat makna hakekat di balik suatu pemberian.

Semoga tanganmu menjadi tangan di atas (tangan yang memberi) yang menjadi bukti bahwa engkau adalah hamba dari Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Semoga engkau menjadi Al Faidh Ar-Rahmani (Limpahan Cahaya dari yang Maha Penyayang). Amin

Sumber : Mimbar Dakwah Islam


Jumat, 28 Desember 2012

APA SICH YANG DISEBUT IKHWAN GENIT???




Mencermati, mendengar, dan melihat kondisi akhir-akhir ini, akhirnya saya berani menulis tulisan ini, Tidak lain untuk menasehati diri sendiri. Bila sudah nulis masak  mau dilanggar, bila sudah menyeru ke orang lain masak diri sendiri tidak melakukannya, gengsi dunk ama ALLAH, di cap ALLAH sebagai orang yang “ Kaburo Maktan “ (Qs As-Saff 2-3) bisa gaswat total. Di cap genit oleh manusia  ga begitu masalah, tapi bila di cap “genit “ oleh ALLAH sudah menjadi masalah yang teramat besar. [Ingat konteksnya “genit” pada lain jenis yang bukan mahramnya.

“ Ikhwan “ begitu kata bahasa arab yang artinya “ saudara laki-laki”, tetapi ternyata ada perkembangan makna, istilah bahasa indonesianya “ sinekdoke totem pro parte” ikhwan ialah seorang laki-laki yang sholeh, yang selalu ke masjid, seorang aktivis dakwah, mungkin ditambah lagi, jenggoters n congklangers ahh.. begitulah ikhwan. Mencoba menyoroti, duluw saya n teman saya (link mae) membuat kriteria ikhwan black list di bumi mipa, menyoroti ikhwan-ikhwan yang agak nyleneh  heheh, ada ada aja ya. Ya karena sifat n karakter mereka ga ikhwan bangetzzz jadi ya dimasukin dalam daftar ikhwan black list. Jujur, saya yang sekarang orangnya open mind, open source (emange linuxers  ), (walau duluw juga ga begitu saklek) mencoba membuat kriteria ikhwan genit ( ditunggu bagi akhwat yang saklek, mungkin bisa menambahkan kriteria)  Diantaranya sebagai berikut:

1.       Ikhwan genit akan bergaya dia paham agama tapi sebenarnya biasa-biasa saja.
2.       khwan genit jarang ke Masjid, ke Masjidnya pas jum’atan saja. Pas Jum’atan aja masih diselingi ngantuk, rame sendiri, dan sibuk dengan HP nya.

ANTARA SAHABAT DAN CINTA




Bismillah..
Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh..
==================================
” Aku gak berani melamar dia mas,dia pernah taaruf dengan sahabatku. Aku gak mau di antara aku dan sahabatku jadi saling jauh gara-gara seorang wanita ”
Temen satu kamarku ini sedang bimbang menimbang keharmonisan antara dirinya dan sahabatnya kalo dia melamar gadis pujaannya.
” Ah..kalo sahabatmu tau,insyaallah dia juga akan mengerti. Aku yakin sahabatmu pasti orang yang cerdas,karna wanita itu belum halal bagi sahabatmu,jadi kenapa sahabatmu harus marah padamu 
Aku mencoba menenangkannya.
=================================
Sahabat,mungkin perasaan seperti itu pernah kalian rasakan. Antara sahabat dan cinta.
Ketakutan untuk mengkhitbah seorang wanita idaman yang terganjal kasih sahabat yang pernah di tolak. Hal seperti ini bukanlah menjadi halangan untuk mengkhitbah. Karna jelas tak ada halangan syari dalam hal ini. Akhwat yang hendak di khitbah belum menjadi milik siapapun,jadi siapapun berhak untuk mengkhitbah.
Sahabat,ada sebuah kaidah dalam islam yaitu kaidah Itsar, yakni mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri sendiri. Namun perlu di ingat,
“Mendahulukan orang lain dalam masalah ibadah, DIBENCI. Namun dalam masalah lainnya, DISUKAI”
Sedangkan pernikahan adalah sebuah ibadah,jelaslah sudah kita harus mendahulukan diri kita daripada orang lain. Karna masing-masing dari kita di perintahkan untuk mengagungkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Bagaimana dengan perasaan sahabat kita?? Sahabat yang baik adalah sahabat yang saling memotivasi dalam kebaikan. Bila memang sahabat yang pernah di tolak adalah sahabat yang baik,dia tak mungkin akan mendahulukan ego di atas syariat. Karna khitbah untuk menuju pernikahan adalah hak setiap orang untuk memenuhi sunnah.

Dan berbicaralah dengan santun kepada sahabat kita,saat kita hendak mengkhitbah akhwat yang pernah dia khitbah. Jelaskanlah secara perlahan bahwa kita hendak memenuhi sunnah agama bukan untuk saling bersaing.

Antara Sahabat dan cinta untuk menuju pernikahan,maka pilih lah keduanya. Cinta pada sahabat dan cinta untuk menunaikan sunnah. Karna sahabat tanpa cinta adalah hambar,cinta tanpa sahabat adalah sepi. Maka raihlah keduanya..!!!

Wallahu’alam bi Shawwab.

Sumber : Mimbar Dakwah Islam



ANGGAPLAH HARI INI MOMENT TERAKHIR KITA




Bismillahirrohmanirrohiim...........

Dalam sebuah hadist Rasulullah SAW bersabda : Ibnu Asahir r.a. meriwayatkan Nabi s.a.w. bersabda; "Bekerjalah untuk duniamu seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya. Dan bekerjalah untuk Akhiratmu seolah-olah kamu akan mati esok hari." (HR. Muslim )

Rasanya hari berganti begitu cepat seiring kecepatan perputaran bumi pada porosnya, setiap kita tidak ada yang sanggup menghalangi atau bahkan memberhentikan kecepatan putaran hari walaupun dengan teknologi yang super canggih sekalipun, dan kita "dipaksa" untuk mengikuti perputaran hari ini dengan segala persoalan dan permasalahan hidup.

Tapi apakah kita hanya bisa berdiam diri "diombang-ambingkan" oleh pergantian hari yang begitu cepat ?, tentunya jawabannya adalah tidak.

Bagi kita orang yang beriman akan segala ketentuan dan ke Maha Kuasaan Allah SWT, mendiamkan diri "diombang-ambingkan" oleh perputaran hari yang begitu terasa cepat tanpa berbuat sesuatu yang bermanfaat dan kebaikan adalah sebuah kebodohan, karena semua itu akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT kelak di yaumil Akhir nanti.

Lalu apa yang harus kita lakukan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari ? Islam sudah begitu banyak memberikan tuntunan kepada kita agar kita tidak tersesat ke jalan yang salah karena kesesatan merupakan awal kehancuran yang akan kita alami baik di dunia lebih-lebih di akhirat kelak.

Untuk itu sudahkah kita melaksanakan tuntunan Islam yang begitu sempurna untuk kebaikan kita semua ? jika belum, mulai hari ini mari kita awali untuk memanfaatkan setiap perputaran waktu senantiasa berada dalam kancah kebaikan, amal sholeh dan kemaslahatan. Dan anggaplah hari ini adalah hari terakhir bagi kita, karena kita tidak bisa menjamin esok hari kita masih hidup di dunia ini.

ADAKAH ALUMNI UNIVERSITAS RAMADHAN???





Ramadhan sebentar lagi memisahkan dirinya dengan kita, tinggal hitungan hari saja. Rasanya begitu cepat hari-hari Ramadhan berlalu, tak terasa. Perlombaan amal kebaikan kita dengan Ramadhan kayaknya tidak seimbang. Ramadhan menghadirkan beragam kemuliaan, keistimewaan dan keutamaan belum bisa terkejar secara optimal, karena kekurangan dan kesibukan duniawi kita, sehingga Ramadhan belum bisa kita taklukkan. Hari-hari akhir Ramadhan ini semoga bisa kita tebus dengan kesungguhan berlipat, konsentrasi ibadah, i’tikaf qalbu, fisik, pikiran hanya kepada Allah swt.

Sehingga ketika Ramadhan memisahkan dirinya dengan kita, kita berbahagia, sekaligus haru, karena kita telah memanfaatkannya dengan sekuat kemampuan kita. Kita keluar menjadi “Alumni Universitas Ramadhan”. Bagaimana model Alumni Unversitas Ramadhan? Sebelum menjawab pertanyaan ini ada baiknya kita renungkan beberapa model alumni “shaum” binatang di sekitar kita. Sebagai contoh: ular, ayam dan ulat.

Binatang ular mempunyai keunikan, merubah diri menjadi muda lagi, berkulit baru lagi, dan semua serba baru. Ternyata perubahan itu di awali dari proses panjang “shaum” alias tidak makan selama hampir satu tahun. Dalam rentang waktu yang panjang itu, ular tidak makan sama sekali, sehingga tubuhnya mengecil, mengecil dan akhirnya ular keluar dari kulit lamanya, menjelma menjadi ular baru, serba baru.

Ayam, ketika bertelur dan mau memiliki anak, ia mengeram. Dalam rentang waktu tiga pekan kurang lebih, ayam mengeram telurnya, tanpa makan dan minum. Sampai-sampai mulut ayam selalu menganga dan mengeluarkan suara. Apa yang terjadi setelah tiga pekan? Telur-telur itu menetas, dan subhanallah! Lahir anak-anak ayam yang lucu-lucu, dan warna-warni.

Binatang ulat, boleh jadi binatang ulat adalah binatang yang paling rakus di dunia ini. Ulat hidup hanya untuk makan, bukan makan untuk hidup. Tidurnya pun makan. Sehingga warna tubuhnya nyaris menyatu dengan warna yang ia makan. Semua orang geli bahkan takut sama ulat, terutama kaum perempuan. Namun, apa yang terjadi ketika si ulat memutuskan “shaum” berdiam diri, dalam beberapa minggu, bulu-bulunya mulai rontok, berubah menjadi kepompong. Dari kepompong menjelma seekor kupu-kupu yang cantik nan menawan. Praktis semua orang, terutama kaum perempuan suka yang namanya kupu-kupu.

Itulah model alumni “shaum” binatang, melahirkan sosok baru, yang lebih baik, mempesona dan membawa manfaat. Subhanallah!
 Tentu, “Universitas Ramadhan” mampu melahirkan dan meluluskan alumni-alumni manusia yang jauh lebih baik dari makhluk-makhluk lainnya.
 “Universitas Ramadhan” menggembleng kita untuk totalitas taat aturan, bayangkan makanan kita sendiri, halal, namun di siang hari haram untuk kita santap, dan kita taat itu. Bagaimana dengan makanan yang jelas-jelas haram atau syubuhat yang berseliweran di sekitar kita di luar Ramadhan? Ada sebuah pesan menarik untuk direnungkan: “Ramadhan, perangi korupsi.” Atau “Ramadhan, jauhi korupsi” bukan berarti di luar Ramadhan praktek korupsi tetap merajalela!?

Berhubungan suami-Istri adalah dianjurkan dan halal, namun di siang hari Ramadhan menjadi haram melakukannya. Kita taat perintah Allah swt. ini, dan kita mampu. Dengan demikian, kita akan sangat takut untuk berbuat zina, amoral kapan pun dan di mana pun, karena taat aturan Allah swt.

“Universitas Ramadhan” mengkondisikan kita untuk menjaga telinga, mata, dan hati. Menjaga telinga dari mendengarkan gosip, fitnah, dan sesuatu yang tiada guna. Menjaga mata untuk tidak melirik yang tidak dihalalkan, melihat yang tidak diperbolehkan. Menjaga hari untuk tidak dendam, dengki, berprasangka buruk, dan gundah gulana, apalagi putus asa. Menjaga lisan untuk tidak mengumbar fitnah murahan, adu domba, menjelekkan orang lain. Karena Ramadhan mengajarkan kepada kita agar tidak shaum dari makan-minum dan hubungan suami-istri di siang hari saja, jauh lebih dari itu, sebagaimana disebutkan dalam hadits-hadits berikut ini:
 “Kalian berpuasa maka janganlah berkata kotor dan jangan berteriak, dan jika ada salah seorang yang mencelanya atau mengajaknya bertengkar (berkelahi) maka katakanlah; sesungguhnya aku sedang berpuasa…” (Bukhari)
 “Bukanlah puasa itu menahan diri dari makan dan minum saja, namun puasa itu adalah menahan diri dari senda gurau dan kata-kata kotor, jika ada seseorang mencelamu atau menyakitimu, maka katakanlah kepadanya: Saya sedang berpuasa, saya sedang berpuasa.” (Hakim dan disahihkan oleh Al-Albani).
“Barangsiapa yang tidak mampu meninggalkan perkataan dosa dan dia melakukannya, maka Allah tidak membutuhkan dia untuk meninggalkan makan dan minum.” (Bukhari)
 “Betapa banyak orang yang berpuasa, tidak mendapatkan pahala dari puasa kecuali hanya dahaga, dan betapa banyak orang yang melakukan qiyam (shalat tarawih) tidak mendapatkan pahala qiyam kecuali letih saja.” (Ad-Darimi, dan Al-Albani berkata: Isnadnya Jayyid)
 Imam Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan bahwa shaum tidak diterima jika dibarengi dengan perkataan dan tindakan dosa.

Sadarilah, bahwa kerugian besar bagi orang yang tidak mampu membawa jiwanya berpuasa dari dosa-dosa. Ingatlah jika kita merasa haus saat berpuasa, maka haus yang sebenarnya adalah rasa dahaga pada hari kiamat, pada saat itu orang merasa rugi dan menyesal.

Oleh karena itu hendaknya kita menjaga tubuh kita dari kemaksiatan, mengkondisikan akal untuk tidak berfikir kecuali taat kepada Allah, tidak membawa hati kecuali pada kabaikan kaum muslimin dan muslimat, dan mengkondisikan kedua mata atau kedua telinga atau lisan dengan apa yang dicintai Allah swt.

Ramadhan menggembleng kita untuk menjadi manusia baru. Karena mata, telinga, lisan, kemaluan, hati dan perut serta anggota tubuh kita yang lain menjelma menjadi fitri, suci dan lebih taat kepada pemiliknya, Allah swt.

Muttaqin, itulah predikat “Alumni Universitas Ramadhan”, predikat tertinggi dan paling terhormat. Sebuah predikat yang Allah swt. sematkan kepada orang-orang yang benar shaumnya.
 “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” Al Baqarah:183

Karena kita tidak boleh menjadi hamba Ramadhani, namun harus menjadi hamba Rabbani, sudah barang tentu ciri-ciri muttaqin harus melekat dalam diri kita, di dalam Ramadhan dan di luar Ramadhan.

Di antara ciri-ciri itu adalah sebagaimana yang difirmankan Allah swt.:
“Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang Telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.” Al Baqarah:2-5
 “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka Mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan Itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” Ali Imran:133-136
 “Negeri akhirat itu, kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” Al Qashash:83
“Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa (disediakan) syurga-syurga yang penuh kenikmatan di sisi Tuhannya.” Al Qalam:34

“Alumni Universitas Ramadhan” menjadi sosok baru, pribadi fitri. Sehingga tidak adalagi orang yang menjual hutan yang sejatinya harus dilindungi dan dimanfaatkan sebesar-besar untuk rakyat. Tidak ada lagi yang makan uang rakyat, karena rakyat sudah sangat susah hidupnya. Tidak ada lagi yang bertindak amoral atau berzina, karena itu penyakit masyarakat yang dikutuk. Tidak ada lagi saling fitnah, ado domba, memecah belah umat hanya gara-gara kepentingan sesaat kekuasaan atau jabatan.

Semoga kita menjadi bagian “Alumni Universitas Ramadhan” yang sukses, yaitu menjadi pribadi yang ciri-ciri ketaqwaan selalu melekat dalam diri kita, menjadi lebih baik, di bulan Ramadhan dan di luar bulan Ramadhan, Amin. Allahu a’lam

Sumber : Mimbar Dakwah Islam