Minggu, 27 November 2011

MEKANISME MIKSI


MEKANISME MIKSI/ BAK

Fisiologi miksi dan dasar fisiologi kelainan pada proses berkemih ini masih banyak menimbulkan ketidakpastian. Berkemih pada dasarnya merupakan refleks spinal yang akan difasilitasi dan dihambat oleh pusat-pusat susunan saraf yang lebih tinggi, seperti defekasi, kasilitasi dan inhibisi bersifat volunter.
Urine yang memasuki vesika tidak begitu meningkatkan tekanan intravesika sampai telah terisi penuh. Selain itu, sepert juga jenis otot polos lainnya otot vesika memiliki sifat plastis, bila diregang ketegangan yang mula-mula timbul tidak akan dipertahankan. Hubungan anatara takanan intravesilukar dan volume vesikula dapat dipelajari dengan catatan tekanan saat vesika diisi oleh air atau udara dengan penambahan 50 ml setiap kali (sistometri).
Selama proses berkemih, otot-otot perineum dan spingter uretra eksterna relaksasi. Otot detrussor berkontraksi dan urine akan mengalir melalui uretra. Susunan otot polos pada kedua uretra ternyata tidak memegang peran pada proses berkemih dan fungsinya yang utama mungkin untuk mencegah refluks semen kedalam vesika selama ejakulasi.
Mekanisme awal yang menimbulkan proses miksi volunter belum diketahui dengan pasti. Salah satu peristiwa awal ialah relaksasi otot-otot dasar panggul dan hal tu mungkin menimbulkan tarikan ke bawah yang cukup besar pada otot detrusor untuk merangsang kontraksi. Kontraksi otot-otot perinium dan spingter eksterna dapat dilakukan secara volunter, sehingga mencegah urine untuk mengalir melewati uretra atau menghentikan aliran urine saat sedang berkemih. Melalui proses belajar seorang dewasa dapat mempertahankan kontraksi spingter eksterna sehingga mampu menunda berkemih sampai saat yang tepat. Setelah berkemih, urine di uretra wanita akan dikeluarkan oleh pengaruh gravitasi urine sisa di uretra pria dikeluarkan oleh beberapa kontraksi m. bulbokarerhosa.
REFLEKS BERKEMIH

Selam kandung kemih terisi, banyak yang menyertai kontraksi berkemih mulai tampak seperti yang diperlihatkan oleh gelombang tajan dengan garis putus-putus. Keadaan ini disebabkan oleh reflek peregangan yang dimulai oleh resertor regang sensorik pada dinding kandung kemih. Khususnya oleh reseptor pada uretra posterior, ketika daerah ini terisi urine pada tekanan kandung kemih yang lebih tinggi. Sinyal sensori dari reseptor regangan kandung kemih dihantarkan ke segment sakral medula spinalis melalui nervus pelvikus ddan kemudian secara reflek kembali kandung kemih melalui sistem saraf parasimpatis melalui saraf yang sama.
Ketika kadung kemih hanya terisi sebagian, kontraksi berkemih ini biasanya secara spontan berelaksasi setelah beberapa detik, otot detruson berhenti berkontraksi dan tekanan turun kembali ke garis basal karena kandung kemih menjadi bertambah sering dan menyebabkan kontraksi otot detrusos lebih kuat.
Sekali refleks berkemih mulai timbul, reflek ini akan “menghilang sendiri”. Artinya kontraksi awal kandung kemih selanjutnya akan mengaktifkan reseptor regangan untuk menyebabkan peningkatan selanjutnya pada impuls sensorik ke kandung kemih dan uretra posterior, yang menimbulkan peningkatan reflek kontraksi kandung kemih lebih lanjut; jadi, siklus ini berulang dan berulang lagi sampai kandung kemih mencapai kontraksi yang kuat. Kemudian, setelah beberapa detik sampai lebih dari semenit, reflek yang menghilang sendiri ini mulai melemah dan siklus regeneratif dari refleks miksi itu berhenti, menyebabkan kandung kemih berelaksasi.
Jadi, rekleks berkemih adalah suatu siklus tunggal lengkap dari (1) peningkatan tekanan yang cepat dan progresif, (2) periode tekanan dipertahankan, dan (3) kembalinya tekanan ke tonus basal kandung kemih.
Sekali refleks berkemih terjadi tetapi tidak berhasil mengosongkan kandung kemih, elemen saraf dari reflek ini biasanya tetap dalam keadaan terinhibisi selama beberapa menit sampai satu jam atau lebih sebelum refleks berkemih lainnya terjadi. Karena kandung kemih menjadi semakin terisi, refleks berkemih menjadi semakin sering dan semakin kuat.
Sekali refleks berkemih menjadi cukup kuat, hal ini juga menimbulkan refleks lain, yang berjalan melalui nervus pudendalke sfingter eksternus untuk menghambatnya. Jika inhibisi ini lebih kuat dalam otak dari pada sinyal konstriktor volunter ke sfingter eksterna, berkemihpun akan terjadi. Jika tidak, bekemih tidak akan terjadi sampai kandung kemuh menjadi kuat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar