Bismillahirrahmanirrahim
Dalam rangka program perbaikan diri terus menerus, maka karena saya seorang mar'ah atau perempuan, dan seorang muslimah, maka saya menganggap sangat baik untuk mengevaluasi diri dengan memakai beberapa indikator di bawah ini, meskipun sangat sempurna tapi toh yang namanya indikator harus sesempurna mungkin agar ia layak disebut sebagai indikator semoga saya, dan saudari2 muslimah semua dapat berusaha selalu menjadi muslimah sholihah kesayangan Allah.aamiin
Suatu ketika, seorang santri ikhwan bertanya pada Ustadznya: Ya Ustadz, Ceritakan Kepadaku Tentang Akhwat Sejati…Sang Ustadz pun tersenyum dan menjawab…
Akhwat
Sejati bukan hanya dilihat dari sekedar jilbabnya yang lebar, tetapi dari
bagaimana ia menjaga pandangan mata (ghodhul bashor), sikap, akhlak, kehormatan
dan kemurnian Islamnya…
Akhwat
sejati bukanlah dilihat dari kelembutan suaranya, tetapi dari lantangnya ia
mengatakan kebenaran di hadapan laki-laki bukan mahromnya…
Akhwat
sejati bukanlah dilihat dari banyaknya jumlah sahabat di sekitarnya, tetapi
dari sikap bersahabatnya dengan anak-anaknya, keluarga dekatnya, para jama’ah,
para tetangga dan orang2 di sekitarnya...
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari bagaimana ia dihormati di tempat ia bekerja tetapi bagaimana ia dihormati di dalam rumah tangganya…
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari bagaimana ia pintar berhias dan memasak masakan yang enak-enak, tapi bagaimana ia bisa faham dan mengerti selera dan variasi makan suami dan anak-anaknya yang sebenarnya tidak rewel, pintar mengatur cash flow finansial keluarga, mengerti bagaimana berpenampilan menarik di hadapan suami dan selalu merasa cukup (qona’ah) dengan segala pemberian dari sang suami disaat sang suami di saat lapang maupun di saat sempit.
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari wajahnya yang cantik, tetapi dari bagaimana ia bermurah senyum dan sejuk jika dilihat di hadapan suaminya dengan sepenuh hati tanpa dibuat-buat/dipaksakan.
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari banyaknya ikhwan yang mencoba ber-ta’aruf kepadanya, tetapi dari komitmennya untuk mengatakan bahwa sesungguhnya “Tidak ada kata CINTA” sebelum menikah.
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari gelar sabuk hitam dalam olahraga beladirinya, tetapi dari sabarnya ia menghadapi lika-liku kehidupan…
Akhwat Sejati bukanlah dilihat dari sekedar banyaknya ia menghafal Al-Qur’an, tetapi dari pemahaman ia atas apa yang ia baca/hafal untuk kemudian ia amalkan dalam kehidupan sehari-hari.sang santri masih penasaran, kemudian santri itu bertanya : ya ustadz, apakah akhowat sejati itu ada? lalu bagaimana cara mendapatkan akhowat sejati itu?
Sang Ustadz kembali tersenyum dan berkata: “Akhwat seperti itu ada, tapi LANGKA.
Sekalipun
ada, biasanya ia memiliki karakter khas antara lain; Sangat mencintai Alloh dan
Rosul-Nya melebihi apapun, tidak lepas dari dunia da’wah (minimal di lingkungan
sekitar tempat tinggalnya), hidup berjamaah tapi tidak dikenal
‘ashobiyah, tidak
ingin dikenal-kecuali diminta/didesak oleh jama’ah (masyarakat), dari keturunan
orang-orang yang sholih/sholihat,berasal dari lingkungan yang sangat
terpelihara, punya amalan ibadah harian, pekanan dan bulanan di atas rata-rata
orang kebanyakan,
hidupnya
sederhana namun tetap menarik dan bermanfaat buat orang lain, dikenal sebagai
tetangga yang baik hati, sangat berbakti terhadap orang tua, sangat hormat
kepada yang lebih tua dan sangat sayang terhadap yang lebih muda, sangat
disiplin dengan sholat fardunya, rajin shoum sunnah dan qiyamullail dan atau
bisa jadi amalan ibadah terbaiknya disembunyikan dari mata orang-orang yang
mengenalnya, rajin memperbaiki istighfarnya (taubatan nashuha), rajin mendoakan
saudara-saudaranya terutama yang sedang dalam keadaan kesulitan atau sedang
terdzolimi secara terang-terangan/tersembunyi, rajin bersilaturahim,
rajin
menuntut ilmu-mengaji- (terutama yang syar’i)/minimal rajin hadir di majlis
ilmu dan mendengarkannya, senantiasa menambah/memperbaiki ilmunya dan
menyampaikan semua ilmu yang ia ketahui setelah terlebih dahulu ia mengamalkannya,
rajin membaca/menghafal Al Qur’an atau hadits dan buku-buku yang bermanfaat pintar/kuat
hafalannya, sangat
selektif soal makanan/minuman yang ia konsumsi, sangat perhatian terhadap
kebersihan dan sangat disiplin sekali soal thoharah, sangat terjaga dari
soal-soal ikhtilat apalagi ber-khalwat, jauh dari gosip-menggosip, lisan dan
semua perbuatannya senantiasa terjaga dari hal-hal yang sia-sia, zuhud,
istiqomah, tegar, tidak takut/ bersedih hati hingga berlarut-larut melainkan
sebentar (wajar),
pandai
menghibur dan pandai menutupi aib/kekurangan dirinya dan orang-orang yang ia
kenal, mudah memaafkan kesalahan/kekeliruan orang lain tanpa diminta dan tanpa
dendam, ringan tangan untuk membantu sesama, mudah berinfak (bershodaqoh),
ikhlas, jauh dari riya’, ujub, muhabahat, takabur dan tidak emosional, cukup
sensitif tapi tidak terlalu sensitif (tidak mudah tersinggung),
selalu
berbuat ihsan dan muroqobatulloh (selalu merasa dekat dan selalu merasa diawasi
oleh Alloh baik di saat ramai maupun di saat sendirian), selalu ber-husnudzon
kepada setiap orang, benar-benar berkarakter jujur (shiddiiq), amanah dan
selalu menyampaikan yang haq dengan caranya yang terbaik (tabligh),
pantang
mengeluh/berkeluh kesah, sangat dewasa dalam menyikapi problematika kehidupan, mandiri,
selalu optimis, terlihat selalu gembira dan menentramkan, hari-harinya tidak
lepas dari perhitungan (muhasabah) bahwa hari ini selalu ia usahakan lebih baik
daripada kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini, dan senantiasa pandai
bersyukur atas segala ni’mat (takdir baik) serta senantiasa sabar dalam
menghadapi ujian dan cobaan (takdir buruk) dalam segala keadaan.
Si Murid rupa-rupanya masih penasaran, dan bertanya kembali kepada Sang Ustadz. “Ya Ustadz, adakah cara yang paling mudah untuk mendapatkannya? atau minimal bisa mendapatkan seorang Akhwat yang mendekati profil Akhwat Sejati??
Sang Ustadz pun dengan bijak segera menjawabnya: “Ada, jika antum ingin mendapatkan Akhwat Sejati nan benar-benar sholihah sebagai teman hidup maka SHOLIHKAN DAHULU DIRI ANTUM…!!Karena Insyaa’ Alloh akhwat yang sholihah adalah pada dasarnya juga untuk ikhwan yang sholih…
Tulisan
lain ttg akhwat sejati :akhwat sejati Bukan dilihat dari kecantikan
parasnya.. Tetapi dari kecantikan hati yang ada dibaliknya…
Akhwat Sejati…Bukan dilihat dari bentuk tubuh yang mempesona…Tetapi dari sejauh mana dia berhasil menutup tubuhnya…
Akhwat Sejati…Bukan dilihat dari begitu banyaknya dia melakukan kebaikan…Tetapi dari keikhlasannya memberikan kebaikan itu…
Akhwat Sejati…Bukan dilihat dari seberapa indah lantunan suaranya…Tetapi dari apa yang sering mulutnya bicarakan…
Akhwat Sejati…Bukan dilihat dari keahliannya berbicara…Tetapi dari bagaimana caranya berbicara….
Akhwat Sejati…Bukan dilihat dari keberaniannya berpakaian…Tetapi dari sejauh mana dia mempertahankan kehormatannya…
Akhwat Sejati…Bukan dilihat dari kekhawatirannya digoda orang dijalan…Tetapi dari kekhawatiran dirinya yang membuat orang tergoda…
Akhwat Sejati…Bukan dilihat dari seberapa banyak dan besar ujian yang dijalani… Tetapi dari sejauh mana dia menghadapi ujian dengan kesabaran…
Akhwat Sejati…Bukan dilihat dari sifat supelnya bergaul…Tetapi dari sejauh mana dia menjaga kehormatannya dalam bergaul…
Tentang salah satu sosok akhowat sejati : Shohabiyah AlKhonsa: Empat putera Khansa yang gugur menyongsong syahadah…Siapakah gerangan di balik mereka?
Ada pepatah yang tak asing di telinga kita, di belakang tokoh mulia, pasti ada wanita yang mulia.Bagaimana Al Khansa, seorang ibu yang mulia, mengantarkan keempat puteranya menjadi seorang mujahid sejati? Sekelumit kisah beliau, kami salinkandari buku: Ibunda Para Ulama, Penyusun: Sufyan bin Fuad Baswedan, penerbit Wafa Press, untuk Anda, wahai para Ibunda, Semoga bermanfaat.
Dialah al-Khansa’Al Khansa adalah julukan seorang wanita yang bernama Tumazhir binti ‘Amru bin Sulami. Lafazh al-Khansa’ (muannats) diambil dari kata kha-na-sa (al-Khanas), artinya hidung yang pipih, dan agak menungging ke atas. Jadi,al-Khansa’adalah julukan bagi wanita, wanita Arab pertama yang jago bersyair.
Para sejarawan sepakat bahwa sejarah tak pernah mengenal wanita yang lebih jago bersyair dari pada al-Khansa’, sebelum maupun sepeninggal dirinya. Konon mulanya ia tak pandai bersyair, ia hanya bisa melantunkan dua atau tiga bait saja.Namun di zaman jahiliyah, tatkala saudara kandungnya yang bernama Mu’awiyah bin Amru as -Sulami terbunuh, ia meratapi kematiannya dalam beberapa bait syair. Lalu menyusullah saudara seayahnya yang terbunuh pula, namanya Shakhr.Konon al-Khansa’ amat mencintai saudaranya yang satu ini, karena ia amat penyabar, penyantun, dan penuh perhatian terhadap keluarga.
Kematiannya menyebabkannya sangat terpukul, lalu muncullah bakat bersyairnya yang selama ini terpendam.Dan mulailah ia melantunkan bait demi baik meratapi kematian saudaranya. Semenjak itulah ia mulai banyak bersyair dan syairnya semakin indah. Tatkala mendengar dakwah Islam, al-Khansa’ datang bersama kaumnya —Bani Sulaim— menghadap Rasulullah dan menyatakan keislaman mereka. Ahli-ahli sejarah menceritakan bahwa pernah suatu ketika Rasulullah menyuruhnya melantunkan syair, kemudian karena kagum keindahan syairnya, beliau mengatakan, “Ayo teruskan, tambah lagi syairnya, wahai Khansa’!” sambil mengisyaratkan dengan telunjuk beliau.
Wasiat al-Khansa’ Bagi Keempat Anaknya Dalam sebuah riwayat disebutkan, bahwa al-Khansa’ dan keempat putranya ikut serta dalam perang al-Qadisiyyah, Nama sebuah daerah yang terletak sekitar 45 Mil dari Kufah, Iraq. Di daerah inilah terjadi pertempuran hebat antara kaum muslimin melawan tentara Persia, di zaman kekhalifahan Umar bin Khatthab pada tahun 16 H.
Menjelang malam pertama mereka di al-Qadisiyyah, al-Khansa berwasiat kepada putera-puteranya,“Wahai anak-anakku, kalian telah masuk Islam dengan taat dan berhijrah dengan penuh kerelaan. Demi Allah yang tiada ilah yang haqq selain Dia. kalian adalah putera dari laki-laki yang satu sebagaimana kalian juga putera dari wanita yang satu. Aku tak pernah mengkhianati ayah kalian, tak pernah mempermalukan khal, Khal artinya paman dari jalur ibu (saudara lelaki ibu) kalian, tak pernah mempermalukan nenek moyang kalian, dan tak pernah menyamarkan nasab kalian.
Kalian semua tahu betapa besar pahala yang Allah siapkan bagi orang-orang yang beriman ketika berjihad melawan orang-orang kafir. Ketahuilah bahwa negeri akhirat yang kekal jauh lebih baik dari negeri dunia yang fana. Allah Azza wa Jalla berfirman,“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (Qs. Ali Imran: 200).Andaikata esok kalian masih diberi kesehatan oleh Allah, maka perangilah musuh kalian dengan gagah berani, mintalah kemenangan atas musuhmu dari Ilahi.Apabila pertempuran mulai sengit dan api peperangan mulai menyala, terjunlah kalian ke jantung musuh, habisilah pemimpin mereka saat perang tengah berkecamuk, mudah-mudahan kalian meraih ghanimah dan kemuliaan di negeri yang kekal dan penuh kenikmatan.”Kepahlawanan Keempat Anaknya Terdorong oleh nasihat ibunya, keempat puteranya tampil dengan gagah berani.
Mereka bangkit demi mewujudkan impian sang ibunda. Dan tatkala fajar menyingsing, majulah keempat puteranya menuju kamp-kamp musuh.Sesaat kemudian, dengan pedang terhunus anak pertama memulai serangannya sambil bersyair,Saudaraku, ingatlah pesan ibumu tatkala ia menasehatimu di waktu malam..Nasehatnya sungguh jelas dan tegas, “Majulah dengan geram dan wajah muram!” Yang kalian hadapi nanti hanyalah anjing-anjing Sasan, Mereka telah yakin akan kehancurannya, maka pilihlah antara kehidupan yang tenteram atau kematian yang penuh keberuntunganIbarat anak panah, anak pertama melesat ke tengah-tengah musuh dan berperang mati-matian hingga akhirnya gugur. Semoga Allah merahmatinya.
Berikutnya, giliran yang kedua maju menyerang sembari melantunkan,Ibunda adalah wanita yang hebat dan tabah, pendapatnya sungguh tepat dan bijaksanaIa perintahkan kita dengan penuh bijaksana, sebagai nasihat yang tulus bagi puteranyaMajulah tanpa pusingkan jumlah mereka dan raihlah kemenangan yang nyata Atau kematian yang sungguh mulia di jannatul Firdaus yang kekal selamanyaKemudian ia bertempur hingga titik darah yang penghabisan menyusul saudaranya ke alam baka. Semoga Allah merahmatinya.
Lalu yang ketiga ambil bagian. Ia maju mengikuti jejak saudaranya, seraya bersyair,Demi Allah, takkan kudurhakai perintah ibu, perintah yang sarat dengan rasa kasih sayang Sebagai kebaktian nan tulus dan kejujuran maka majulah dengan gagah ke medan perang..hingga pasukan Kisra terpukul mundur atau biarkan mereka tahu, bagaimana cara berjuang Janganlah mundur karena itu tanda kelemahan raihlah kemenangan meski maut menghadangKemudian ia terus bertempur hingga mati terbunuh. Semoga Allah merahmatinya
Lalu tibalah giliran anak terakhir yang menyerang. Ia maju seraya melantunkan,Aku bukanlah anak si Khansa’ maupun Akhram tidak juga Umar atau leluhur yang mulia,Jika aku tak menghalau pasukan Ajam, melawan bahaya dan menyibak barisan tentaraDemi kemenangan yang menanti, dan kejayaan ataulah kematian, di jalan yang lebih muliaLalu ia pun bertempur habis-habisan hingga gugur, Semoga Allah meridhainya beserta ketiga saudaranya.
Tatkala berita gugurnya keempat anaknya tadi sampai telinga al-Khansa’, ia hanya tabah sembari mengatakan “Segala puji bagi Allah yang memuliakanku dengan kematian mereka. Aku berharap kepada-Nya agar mengumpulkanku bersama mereka dalam naungan rahmat-Nya.”
baru
saja mendapat pelajaran berharga lagibahwa sebenarnya kondisi pikiran dan jiwa
kita berada di bawah kendali apakah yang mengendalikannya nafsu atau hati semua
tergantung kesadaran dan 'amal yang kita lakukan dan
ternyata kondisi hati kita pun dipengauhi oleh apa yang masuk ke dalam perut
kita, apa yang masuk ke penglihatan kita, dan apa yang masuk ke telinga kita
Subhanallah, betapa hidupnya seorang muslim harus selalu sadar dan waspada, sebab syaithan senantiasa mengintai untuk dapat masuk dan membisikkan keburukan serta membujuk berbuat dosa dan maksiat,
betapa
kita amat sangat membutuhkan Allah untuk bisa senantiasa istiqomah dan selamat
dari bujuk rayu dan godaan syaithan, sebab hanya Allah yang dapat memberi
perlindungan terbaik agar kita mampu bertahan untuk selalu menjadi yang terbaik
di hadapan-Nya di manapun, kapanpun, dan dalam kondisi seperti apapun
betapa
sulitnya menjaga kesadaran dan 'amal untuk selalu menjadi yang terbaik di
hadapan Allahkarena kebodohan atau ketidak tahuan kita atas amal-amal yang
terbaik yang paling Allah sukai,maupun karena ketidakmampuan mengalahkan
dorongan nafsu dan syahwat namun, di sanalah letak ujiannyadan Allah selalu
memberi pertolongan dengan ilmu, kesabaran, kekuatan, dan keteguhan hati bagi
orang-orang yang sungguh-sungguh berusaha untuk menjadi yang terbaik di
hadapan-Nya
Ya Allah.. berikan kami kemampuan dan kemudahan untuk dapat selalu berusaha dan selalu istiqomah mempersembahkan amalan terbaik, pikiran terbaik, dan jiwa terbaik kami untuk-Mu, hanya kepada-Mu dan hanya karena-Mu,aamiin
Sumber
: Mimbar Dakwah Islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar