Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah bersabda:
"Sedekah tidak mengurangi harta. Allah akan menambah kemuliaan kepada
pemaaf dan Allah akan mengangkat derajat orang yang tawadhu. (HR Muslim
-Misykat)
...Sepasang suami istri yang berusia lanjut, suatu
kali mengunjungi kantor pusat untuk bernostalgia tentang suka duka ketika
mereka masih aktif bekerja dahulu. Kesempatan bernostalgia ini rupanya
dimanfaatkan mereka untuk menikmati sop buntut yang tersohor dikantin, dalam
kantor pusat tsb. Kebetulan ketika itu jam makan siang sehingga banyak pegawai
yang santap siang disana.
Suami istri ini lalu masuk antrian untuk memesan sop
buntut. Mereka memesan satu porsi sop buntut beserta nasinya, dan dua gelas es
teh manis serta sebuah piring kosong dan mangkuk. Semua yang melihat mereka
heran. Suami istri ini hanya memesan satu porsi. Bahkan beberapa pegawai lain
iba melihat betapa menderitanya nasib pensiunan ini sehingga untuk makan siang
di kantin aja hanya memesan satu porsi. Sang suami lalu membagi nasi menjadi
dua bagian, demikian pula sop buntutnya. Satu bagian untuk dirinya dan bagian
lain diserahkan kepada istrinya. Mulailah mereka makan. Namun, yang makan
adalah suami dulu, sementara sang istri dengan tersenyum menunggu dan menatap
kekasihnya makan.
Seorang pegawai tiba-tiba bangkit berdiri dan
berjalan menuju meja mereka. Dengan rasa iba, pegawai ini menawarkan kepada
pasangan suami istri ini satu porsi lagi sop buntut gratis, ia yang mentraktir.
Dia merasa tidak tahan melihat sepasang suami istri ini, sementara ia sendiri
berkecukupan. Namun, tawaran pegawai ini ditolak secara halus sambil tersenyum
oleh pasangan ini dengan menggunakan bahasa isyarat.
Sang suamipun kembali melanjutkan santap siangnya,
sementara sang istri hanya menatap sambil tersenyum hingga sop buntut bagiannya
menjadi dingin. Setelah beberapa lama, kembali si pegawai yang berkecukupan ini
gelisah melihat tingkah pasangan ini. Sang istri ternyata tidak makan, hanya
menunggu sang suami makan. Betapa cintanya sang istri kepada suami hingga rela
berkorban menunggu suami selesai makan.
Kembali, pegawai tadi dengan rasa penasaran
mendatangi sang ibu dan bertanya, ”Ibu, saya melihat ibu hanya menunggu bapak
makan sementara ibu sendiri tidak makan. Kalau boleh tahu, apa yang ibu
tunggu?” Dengan tersenyum sang ibu menjawab, ” yang saya tunggu adalah gigi,
sementara ini masih dipakai bapak.!” ^_^
♥ ♥
MASALAH berbagi, merupakan topik yang tidak
habis-habisnya untuk direnungkan. Ketika perenungan ini bermuara pada wujud
implementasi tingkah lakunya, akan muncul dorongan untuk berbagi lainnya.
Inilah manusia, yang ditaruh dalam hatinya oleh Sang Pencipta kerinduan untuk
senantiasa berbagi dan memanusiakan lainnya. Berbagi mengindikasikan
pengorbanan dan kerelaan untuk memberi. Semakin banyak memberi, semakin tidak
akan merasakan kekurangan. Pengorbanan yang paling tinggi adalah dalam bentuk
penyangkalan diri, yakni ketika yang dikorbankan adalah harga diri sendiri
untuk meningkatkan harga diri orang lain. Disinilah keindahan berbagi daripada
sekedar menerima.
Namun, Pergeseran paradigma moral saat ini telah membawa keindahan lain yang sifatnya semu, yakni keindahan dalam mengambil bukan untuk memberi. Bahkan, di lain pihak banyak individu saat ini justru mau berbagi dan memberi untuk mencapai popularitas diri. Berbagi bukanlah merupakan bungkus yang tampak dari luar saja, melainkan sesuatu yang berasal dari dalam.Itulah sebabnya ketika seseorang berbagi dengan orang lain sebaiknya tidak diketahui oleh orang lain. Cukup diketahui oleh orang yang menerima perhatian dan kasih kita serta Sang Khalik yang melihat hati yang tulus untuk berbagi. Terkadang, dalam berbagi, iblis berusaha untuk mencari peluang mencuri kerendahan hati kita dengan memberi kepuasan semu yang menjadi kesombongan diri. Berbagi yang dilandasi ketulusan hati akan membawa perubahan yang drastis bagi kedua belah pihak dan komunitas yang ada di sekitarnya.
Berbicara menunjukan bahwa kita berbagi, sementara mendengarkan menunjukan kita peduli- demikian sang motivator pernah bertutur. Hal ini sekaligus memberikan gambaran bahwa berbagi tidak dilepaskan dari peduli. Beberapa ahli mengatakan peduli mengawali langkah dalam berbagi.
Berbagi yang dilandasi oleh cinta yang tulus akan membuahkan keserupaan. Seorang kolega, konselor keluarga, mengatakan bahwa suami istri yang senantiasa berbagi, lama –kelamaan akan menunjukkan wajah mereka yang semakin mirip. Mereka yang saling berbagi akan memiliki kepekaan yang tinggi untuk memahami kebutuhan dan keinginan pasangan lainnya. Bahkan, dalam aspek spiritual, dikatakan semakin mau manusia berbagi beban, berbagi waktu, dan berbagi apa yang dimilikinya untuk sesama dan bagi kemuliaan Sang Khalik, maka sifat-sifatnya pun akan mendekati sifat-sifat Sang Khalik.
Seorang kolega pernah mengirim via surat elektronik (E-mail) gambar presiden direktur perusahaan sepatu Nike. Uniknya dalam gambar tersebut tampak sang presiden direktur tersenyum di depan logo Nike dengan senyum mirip logo Nike tersebut. Refleksi yang dapat diangkat dari gambar tersebut adalah dalam konteks organisasi. Mereka yang telah mengembangkan rasa memiliki yang tinggi terhadap perusahaan, kesediaan untuk berbagi dan menaruh bisnis tersebut dalam hatinya akan memiliki keserupaan dengan nilai-nilai yang dianut oleh perusahaan. Gambar tersebut juga mengindikasikan tidak ada tempat dalam hati dan pikiran mereka yang sudah bersedia berbagi dengan perusahaan untuk mengambil, memanipulasi,bahkan menggerogoti perusahaan demi kepentingan pribadi. Nah, saatnya kita berbagi.
Sumber : Mimbar Dakwah Islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar