Tafsir
Surat Al-Insyirah Ayat 7-8
“Maka
apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Rabbmulah hendaknya kamu
berharap.” (QS. 94 : 7-8).
Tafsir
Ayat
Yakni,
apabila engkau telah selesai mengerjakan suatu tugas, maka bersiap sedialah
mengerjakan tugas yang lainnya. Yakni, kerjakanlah tugas yang lain, janganlah
menyia-nyiakan kesempatan. Oleh karena itu, hidup seorang yang berakal adalah
kehidupan yang penuh dengan kesungguhan. Setiap kali selesai mengerjakan satu
tugas ia bersiap mengerjakan tugas yang lain.
Karena
waktu akan terus berlalu, baik kita dalam keadaan terjaga maupun tidur, dalam
keadaan sibuk maupun longgar. Waktu terus berjalan, tidak ada seorangpun yang
dapat menahannya. Sekiranya semua manusia bersatu padu untuk menahan matahari
supaya waktu siang bertambah panjang, niscaya mereka tidak akan bisa
melakukannya. Tidak ada seorangpun yang dapat menahan waktu. Karena itu,
jadikanlah hidupmu hidup yang penuh kesungguhan. Jika engkau selesai
mengerjakan sebuah pekerjaan, lanjutkanlah dengan pekerjaan yang lain. Jika
engkau telah selesai mengerjakan urusan dunia hendaklah engkau melanjutkannya
dengan mengerjakan urusan akhirat. Sebaliknya, jika engkau selesai mengerjakan
urusan akhirat lanjutkanlah dengan mengerjakan urusan dunia. Apabila engkau
telah selesai mengerjakan shalat Jum’at, bertebaranlah di muka bumi dan carilah
karunia Allah. Shalat Jum’at diapit oleh dua urusan dunia. Allah berfirman:
“Hai
orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari
Jum’at…” (QS. 62 : 9).
Yakni,
sementara engkau sibuk mengurus urusan dunia.
Allah
berfirman:
“…maka
bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang
demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan
shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah…” (QS.
62 : 9-10).
Apabila
kita selesai mengerjakan satu tugas, maka bersiaplah mengerjakan tugas yang
lain. Demikianlah seterusnya. Seorang insan hendaklah selalu
bersungguh-sungguh.
Jika
ada yang berkata: Apabila aku terus-menerus serius dan sungguh-sungguh setiap
waktu, aku pasti letih dan bosan.
Jawabnya:
Sesungguhnya istirahatmu untuk menyegarkan dirimu dan mengembalikan gairah
kerja termasuk pekerjaan dan amalan. Maksudnya, pekerjaan dan amalan itu tidak
harus bergerak. Waktu istirahatmu untuk mengembalikan gairah kerja termasuk
pekerjaan dan amalan. Yang paling penting adalah, jadikanlah seluruh hidupmu
dalam kesungguhan dan amal.
Firman
Allah:
“…dan
hanya kepada Rabb-mulah hendaknya kamu berharap.” ( QS. 94 : 8 ).
Yakni,
apabila engkau selesai mengerjakan tugas-tugas lalu diikuti dengan pekerjaan
yang lainnya, maka berharaplah kepada Allah untuk mendapatkan pahala. Selalulah
memohon pertolongan kepada Allah sebelum dan sesudah beramal. Sebelum beramal
mintalah pertolongan kepada Allah. Dan setelah beramal harapkanlah pahala dari
Allah.
Dalam
firman Allah: “dan hanya kepada Rabb-mulah hendaknya kamu berharap” terdapat
faedah balaghiyah. Dalam struktur kalimat kata jar majrur: ilaa rabbika
berkaitan dengan kata farghab, dan ia disebutkan terlebih dulu. Mendahulukan
ma’mul (dalam hal ini jar majrur) memberi faedah hasr (pembatasan). Yakni,
hanya kepada Allah sajalah kamu berharap jangan kepada yang lainnya.
Berharaplah kepada-Nya dalam seluruh urusanmu. Dan percayalah, Allah pasti
memudahkan engkau selama engkau menggantungkan pengharapanmu kepada-Nya. Banyak
manusia yang kurang menyadarinya, yaitu kurang menyadari bahwa mereka harus
selalu menggantungkan harapannya kepada Allah. Oleh karena itu, kita dapati
amal perbuatan mereka banyak yang rusak. Karena tidak ada hubungan antara
mereka dengan Allah dalam amal perbuatan mereka. Kita memohon kepada Allah agar
menjadikan kita semua orang-orang yang melaksanakan perintah-perintah-Nya dan
membenarkan berita-berita-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Ada Apa Dengan Waktu?
Waktu adalah Hal Termahal yang Dimiliki oleh Manusia
Waktu
adalah salah satu nikmat Allah yang paling mahal yang dikaruniakan kepada
manusia. Meski demikian, seringkali kita lalai untuk mempergunakannya secara
efektif dan efisien. Al-Qur’an dan As-Sunnah sendiri telah menaruh perhatian
khusus terhadap waktu dari banyak aspek dengan berbagai bentuknya. Allah Ta’ala
telah menjelaskan urgensinya waktu dan besarnya nikmat Allah di dalamnya. Dalam
konteks penyebutan tentang betapa besarnya karunia Allah kepada manusia,
dijelaskan dalam firman-Nya:
Dan
Dia telah pula menundukkan bagi kalian matahari dan bulan yang terus menerus
beredar, dan telah menundukkan bagi kalian malam dan siang. Dan Dia telah
memberikan kepada kalian (keperluan kalian) dari segala apa yang kalian
mohonkan kepada-Nya. Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, niscaya kalian
tidak akan dapat menghitungnya. (QS. Ibrahim [14]:33-34).
As-Sunnah menegaskan urgensinya waktu dan tanggung jawab manusia terhadapnya yang akan dipersoalkan di hadapan Allah Ta’ala kelak di hari kiamat. Dalam sebuah riwayat ditegaskan:
Dari
Mu’adz bin Jabal radiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam
bersabda,” Kedua telapak kaki seorang hamba tidak akan bergeser dari tempatnya
pada hari kiamat sehingga ia ditanya tentang empat perkara ; umurnya untuk apa
ia habiskan, masa mudanya untuk apa ia pergunakan, hartanya dari mana ia
dapatkan dan ke mana ia belanjakan, dan perbuatannya apa yang telah ia
kerjakan.” (H.R. At-Thabrani dengan sanad shahih).
Para intelek dan orang-orang bijak telah menyadari urgensinya waktu ini. Mereka mengatakan, “Waktu itu laksana emas,” Kata yang lainnya, “Waktu itu bagaikan pedang.”
Semoga
Allah Ta’ala merahmati seorang ulama yang telah menyatakan, “Waktu adalah
kehidupan.” Memang tak diragukan lagi, waktu lebih mahal dari emas dan lebih
tajam dari pedang.
Waktu
adalah Kesempatan atau Modal yang Terbatas
Waktu
adalah rentang waktu yang dimulai sejak Anda dilahirkan dan berakhir dengan
kematian Anda.
Kehidupan Waktu Kematian
Kehidupan
Waktu
adalah kesempatan atau modal yang terbatas. Kita semua mempunyai kuantitas
waktu yang sama :
24
Jam per hari = 168 Jam per pekan
Dalam
kehidupan Anda, Anda tidak mempunyai waktu selain sejumlah tahun yang telah
Allah tetapkan untuk Anda. Mustahil Anda bisa menabung waktu. Anda juga tidak
bisa menghentikan atau menggerakkannya. Anda hanya bisa menggunakan 60 detik
dalam tiap menitnya.
Hati
Anda senantiasa memperingatkan diri Anda, seperti kata pepatah:
Degup
jantung seseorang mengatakan kepada dirinya
Sesungguhnya
kehidupan hanyalah rangkaian menit dan detik
Imam
Hasan Al-Bashri berkata, ”Wahai anak Adam, engkau hanyalah (kumpulan) hari-hari
yang bisa dihitung. Setiapkali satu hari berlalu, setiapkali itu pula sebagian
dirimu berlalu. Jika sebagian telah berlalu, maka keseluruhannya hampir tiba
masanya untuk berlalu.”
Waktu Tidak Bisa Diganti
Setiap
hari berlalu, setiap jam lewat, dan setiap kesempatan pergi…tak bisa
dikembalikan lagi. Kata Imam Hasan al-Bashri, ”Tidaklah ada satu hari pun di
mana fajar merekah, kecuali si hari berseru, “Wahai anak Adam, aku adalah
makhluk yang baru, dan menjadi saksi atas perbuatanmu. Maka ambillah bekal
dariku, karena aku tidak akan pernah kembali sampai hari kiamat kelak”.”
Oleh
karena itulah sebuah riwayat berpesan kepada kita untuk mempergunakan waktu
kita secara maksimal.
“Pergunakanlah
secara maksimal lima perkara sebelum datang lima perkara yang lain : Masa
hidupmu sebelum datang masa matimu, masa mudamu sebelum datang masa tuamu, masa
sehatmu sebelum datang masa sakitmu, masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
dan masa kayamu sebelum datang masa miskinmu.
Waktu
Berlalu dengan Cepat
Waktu
bergerak bak awan, berhembus laksana angin. Sebuah syair mengatakan:
Tahun-tahun
terus-menerus berlalu dengan tenang
Karena
pendeknya, ia laksana beberapa hari saja
Disusul
oleh hari-hari penuh kekacauan
Begitu
lamanya hingga ia laksana bertahun-tahun
Tahun-tahun
dan pelakunya pun berlalu
Seakan-akan
semuanya hanyalah mimpi
Cobalah
untuk melihat sekilas umur Anda yang telah lewat sepanjang masa kehidupan Anda,
maka Anda akan menemukannya ringkas -betapapun lamanya-, seolah-olah ia hanya
sekejap saja.
Ketika
mati, tahun-tahun dan dekade-dekade kehidupan seorang manusia akan diringkas
sehingga seakan-akan hanya sedikit kesempatan yang lewat begitu saja, seperti
lintasan kilat. Begitu juga hari kiamat. Allah Ta’ala berfirman :
Pada
hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka, mereka merasa
seakan-akan tidak tinggal di dunia melainkan sesaat pada siang hari. (QS.
al-Ahqaf [46]:35).
Orang-orang saleh menceritakan kisah sesepuh para rasul, Nuh ‘alaihi salam. Malaikat maut datang kepada beliau untuk mencabut nyawanya, setelah beliau hidup hampir selama seribu tahun sebelum dan sesudah terjadinya banjir yang menenggelamkan dunia. Malaikat maut bertanya, ”Wahai Nabi yang paling panjang usianya! Bagaimana anda mendapati dunia?” Nabi Nuh menjawab, ”Ia laksana sebuah rumah yang mempuyai dua pintu. Aku memasukinya lewat salah satu pintu dan keluar dari pintu yang lain!”
Setiap orang di antara kita mengetahui bahwa waktu berlalu dengan begitu cepat, namun kita tidak menyadarinya. Ia berlalu, namun kita tidak merasakannya. Berapa banyak waktu yang kita habiskan sekedar untuk melakukan kegiatan rutinitas harian? Misalkan umur manusia rata-rata adalah 60 tahun, maka kita bisa melihat bagaimana kita menghabiskan sebagian umur kita.
Sumber
: Mimbar Dakwah Islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar